
Belajar Dari Kegagalan
Belajar, dalam setiap hidup seorang manusia tidak pernah terlepas dari kata yang satu ini. Sebuah potret nilai usaha manusia sesungguhnya ialah sebuah belajar. Lihatlah, akan selalu ada banyak pelajaran yang menyertai tiap kali ketika seseorang belajar. Belajar membuat seorang yang tidak bisa menjadi sanggup untuk bisa, membuat seseorang yang belum tahu menjadi tahu dibandingkan sebelumnya, dan tentunya pula belajar ialah sebuah aplikasi normatif dalam ranah kehidupan dunia.
Kawan, ada dua tipe belajar yang coba saya uraikan kali ini. Belajar dalam artian bukan berhadapan seorang guru dengan murid, seorang pelajar dengan buku pelajaran secara tekstual. Akan tetapi lebih luas lagi, belajar memaknai sebuah makna dari penggalan uraian kehidupan.
Ada orang yang mengatakan bahwasanya belajarlah dari keberhasilan orang-orang yang telah berhasil. Tetapi saya lebih sreg dengan belajarlah dari orang-orang yang pernah gagal. Gagal dalam artian ia sebelumnya melakukan sekuat daya dan upaya yang turut serta didalamnya sebuah kekuatan doa, akan tetapi takdir berkata padanya bahwa ia harus gagal.
Mengapa harus belajar dari orang yang gagal, sebab hakikatnya siapapun akan menemui kegagalan dalam sebuah usahanya. Ada yang lebih banyak gagalnya dibanding suksesnya, dan ada yang ringan kegagalannya dan lagi-lagi hal demikian sifatnya bertingkat dan relatif, bertingkat karena tergantung apa yang dicapai hasilnya dan relatif tergantung usaha dalam mencapainya. Apapun itu yang jelas ialah sebuah kegagalan.
Belajar dari orang yang gagal ialah menyiratkan makna untuk lebih baik mengusahakannya dan melihat apa akibat dari usaha yang dilakukan jika tidak berhasil. Sebab sebelumnya sudah melihat orang yang gagal disana. Lain halnya dengan belajar dari keberhasilan, sebab seseorang hanya akan melihat sisi kesuksesan dan keberhasilan saja tanpa berfikir banyak soal kegagalan. Sebab disadari ataukah tidak kegagalan selalu mengiringi sebuah keberhasilan dan takkan pernah ada hasil yang sempurna memuaskan secara total maksimal.
Oleh karena itu biasanya seseorang yang belajar senantiasa dari sebuah keberhasilan akan lebih banyak lupa dan jauh dari nilai-nilai mensyukuri apa yang ia capai. Sebab akan senantiasa tersibukkan dengan aktifitas mengejar tanpa batas nilai-nilai yang terus menerus harus memuaskannya. Padahal manusia takkan pernah sampai pada titik puas, selalu ingin lebih dan lebih lagi. Berbeda halnya dengan kegagalan, seorang yang belajar darisana akan dituntun dengan rasa syukur dan sebuah kesabaran. Tidak ambisius dan cepat ingin terpenuhi. Bagi yang belajar dari kegagalan, hari ini setengah langkah memperbaiki kegagalan lebih baik dibandingkan ratusan kilometer berjalan dari kemarin. Sebuah usaha yang pelan tapi pasti lebih nikmat untuk disyukuri dan lebih nyaman dilakukan. Tidak dengan ketergesa-gesaan dan yang pasti, selalu ada nilai syukur bahwasanya ia telah berusaha lebih baik dari kegagalan kemarin. Mereka yang belajar dari keberhasilan sangat jarang untuk bersyukur sebab ambisinya telah mendahului rencana pikirannya. Maka saran saya belajarlah dan memulailah dari kegagalan, agar kita tidak menjadi insan yang lupa lagi papa jika kelak jatuh dan menjadi tak punya apa-apa.
komentanya yah:)